Keluarga kerajaan Inggris adalah kaum rasis bermahkota dan Pangeran Philip adalah psikopat penggila wanita. Itulah Menurut sebuah film dokumenter provokatif di Festival Film Cannes, "Unlawful Killing" karya Keith Allen.
Film itu menghidupkan kembali klaim bahwa Putri Diana, yang dicintai jutaan orang tapi dia dianggap perempuan memalukan dimata kerajaan, dibunuh oleh penguasa Inggris. Film itu ditayangkan perdana pada Jumat di Cannes.
Judul film itu diambil dari vonis seorang pejabat Inggris yang menyidik kematian Diana dalam sebuah kecelakaan mobil di Paris tahun 1997. Juri memutuskan sang putri terbunuh secara tidak sah, tapi menghapus klaim konspirasi, menyalahkan kendaraannya yang dikemudika dengan kasar dan ngebut karena
pengemudinya mabuk dan mobil-mobil yang mengejarnya.
Tapi, film yang dibintangi aktor Allen, bapak penyanyi Lily Allen, meninjau kembali teori konspirasi yang diajukan oleh Mohamed Al Fayed, yang putranya, Dodi, adalah teman Diana pada masa itu dan meninggal dunia pada kecelakaan yang sama. Fayed, jutawan bekas pemilik toko besar Harrods di London, mendanai film itu sebesar 2,5 juta pound atau sekitar Rp 34 miliar. Dia sudah lama mempertahankan bahwa putranya dan Diana dibunuh oleh agen rahasia Inggris atas perintah penguasa yang ketakutan terhadap romansa Diana dengan seorang pria muslim.
Film itu dibuka dengan prediksi Diana dalam sepucuk surat pada 1995 kepada seorang sahabatnya bahwa "suamiku merencanakan sebuah 'kecelakaan' dalam mobilku" dan berusaha menggali lubang-lubang dalam penyelidikan koroner.
Dokumenter itu lebih banyak bertanya ketimbang menjawab. Siapa yang ada di dalam mobil Fiat putih yang saksi lihat di Alma Tunnel sesaat sebelum kecelakaan? Apakah pengemudi Henri Paul benar-benar mabuk atau seseorang mencemari contoh darahnya? Mengapa ambulans Prancis datang begitu terlambat?
Allen menyebut film dokumenter itu adalah sebuah "upaya forensik" terhadap proses hukum yang tidak masuk akal.
Sumber: Tempo Interaktif
Film itu menghidupkan kembali klaim bahwa Putri Diana, yang dicintai jutaan orang tapi dia dianggap perempuan memalukan dimata kerajaan, dibunuh oleh penguasa Inggris. Film itu ditayangkan perdana pada Jumat di Cannes.
Judul film itu diambil dari vonis seorang pejabat Inggris yang menyidik kematian Diana dalam sebuah kecelakaan mobil di Paris tahun 1997. Juri memutuskan sang putri terbunuh secara tidak sah, tapi menghapus klaim konspirasi, menyalahkan kendaraannya yang dikemudika dengan kasar dan ngebut karena
pengemudinya mabuk dan mobil-mobil yang mengejarnya.
Tapi, film yang dibintangi aktor Allen, bapak penyanyi Lily Allen, meninjau kembali teori konspirasi yang diajukan oleh Mohamed Al Fayed, yang putranya, Dodi, adalah teman Diana pada masa itu dan meninggal dunia pada kecelakaan yang sama. Fayed, jutawan bekas pemilik toko besar Harrods di London, mendanai film itu sebesar 2,5 juta pound atau sekitar Rp 34 miliar. Dia sudah lama mempertahankan bahwa putranya dan Diana dibunuh oleh agen rahasia Inggris atas perintah penguasa yang ketakutan terhadap romansa Diana dengan seorang pria muslim.
Film itu dibuka dengan prediksi Diana dalam sepucuk surat pada 1995 kepada seorang sahabatnya bahwa "suamiku merencanakan sebuah 'kecelakaan' dalam mobilku" dan berusaha menggali lubang-lubang dalam penyelidikan koroner.
Dokumenter itu lebih banyak bertanya ketimbang menjawab. Siapa yang ada di dalam mobil Fiat putih yang saksi lihat di Alma Tunnel sesaat sebelum kecelakaan? Apakah pengemudi Henri Paul benar-benar mabuk atau seseorang mencemari contoh darahnya? Mengapa ambulans Prancis datang begitu terlambat?
Allen menyebut film dokumenter itu adalah sebuah "upaya forensik" terhadap proses hukum yang tidak masuk akal.
Sumber: Tempo Interaktif
Komentar
Posting Komentar